Labels.

Rabu, 28 Januari 2015

Dunia Fana Menunjukkan Dirinya

Memandang dari sudut pandang yang sama tidak pernah bertemu dalam satu kata
Ketika merasa kisah panjang ini sulit dimusnahkan
Langit saja mungkin bergumam  dengan  dua alasan tercipta jika satu jawaban bisa menyelesaikannya ?
Air dibendung jika deras bisa menghancurkannya?
Ya..
Terpendam terdiam bukan tidak membalas apa yang tuhan berikan
Jeritan lidah masih menyayat pikiran dan haluan
Kisah ini bagi semua orang sudah binasa
Baginya bagi mereka ..
Dunia Fana Menunjukkan Dirinya
Berjalan senada dengan alunan detak kaki dan jantung
Mengengam tangan tanpa saling melihat
Tuhan ini kah karma?
Tidak membalas pemberianmu
Tidak bisakah ini dihentikan?
Tercabik selalu hati pedih akan mata dan luka akan tangan
Tidak bisakah aku dan dia saling membunuh.
Menerkam yang telah engkau berikan.
Jika iman dasar dari segalanya? Lantas bagaimana dengan ini?
Engkau biarkan aku sampai menengadahkan kepala?
Dan karma terus membasahi seluruh kerut keningku
Beribu langkah terus aku berlari berjalan berlutut bersujud didepanmu
Terus membisu dengan ribuan pertanyaan dari malaikat bertopeng teman berhati serigala dan berbisa ular
Sudah selesaikah?
Masih panjangkah karma ini tuhan?
Wajah alis bahkan raut tidak pernah sedikitpun terlupa
Pada akhirnya, dunia fana menunjukkan dirinya 
Sampai..
Aku menyerah dengan iman yang mengikat.


                                                                                                
                                                                           Yolanda Rizwany K

Sabtu, 02 November 2013

Raib Dalam Ambang Batas

Terikat dalam beberapa kata yang hampir serupa bukan sama. Terucap dan terbesit ketika raga dalam kurungan. Raib dalam ambang batas. Raga mampu menjalar lalu melepas.
Jangan menuntut ketenangan jiwa
Raib Dalam Ambang Batas
Jika belum mampu membalikkan pandangan. Memutar alur lama kisah kemarin. Terputar disumbu dunia yang sama, tapi terputus diujung lidah.
Bukan itu yang ingin didengar angin
Bukan itu yang ingin dijamah jiwa
Bukan itu ! bukan.
Diam saja nikmati bahasa langit
Diam saja telusuri sampai pasti
BAHKAN LETIH SAJA TIDAK CUKUP MEREDAMNYA. Maka jangan bernafas dalam jiwa orang lain. Kala debu mengalir, berbisik dan senja senyawa dengan raga. Maka ketika rasa dan hati sejalan, seketika pikiran dan irama saling berdekatan. Angan dan hampa bergemerisik menjauh lalu mendekap kembali. Senyap rasanya, semelir jiwa terasa hangat menyapa. Sedingin kata saling menyapa. selembut mata bebas memandang. Ketika detik berjalan mundur dan menit melangkah maju.
Putar saja ceritanya. putar!
Ironi memang. tapi ironi selalu identik dengan kehidupan.
Kata naif bukan pujian, bukan rayuan dan bukan hujatan.
Naif itu nadi. Nadi yang pasti yang kau temui disetiap jiwa!


                                                                                                                                   Yolanda Rizwany



Minggu, 13 Oktober 2013

Apapun itu biarkan

Banyak sedikitnya kisah tertuang indah didalam sini. Banyak sedikitnya cerita terdampar luas diruang ini, Dan banyak sedikitnya kata menjadi alur dalam kalimat ini, dosa membelit semua pikiran dan jiwa,
Dosakah bila jiwa melepas lalu menariknya kembali? Karikatur sederhana yang dipadu padankan pada sosok makhluk seperti adam, Serbuk serbuk putih melekat lalu dibayangi kilauan cahaya, Termanggu jiwa dibelantaran raga, Menyaksikan kokohnya pintu perbedaan, Jiwa berdecak kagum lalu menunduk pilu, Saat tersadar jiwa berada dipenghujung jalan, Saat tersentak jiwa berada diawal kemunduran, lalu sontak mengusir nya berlari pergi, 
Raga lelah dan terus berlari, Berlari dan hanya dia yang tau kapan berhenti, apapun itu biarkan air mengalir dan tanah meresapnya, apapun itu biarkan hiruk pikuk berlalu dan rasa hanya melewatinya, apapun itu biarkan langkah menjauh walau bayangan terus mengerjarnya, apapun itu biarkan sentuhan membangunkannya sampai langkah kembali memanggilnya, apapun itu biarkan angin berlalu sampai kafilah kembali memulainya .


                                                                                                                                         Yolanda Rizwany




Senin, 09 September 2013

Hanyut Jiwa Dalam Kobaran

Lenyap lalu jiwa menghilang begitu saja, Jejak bahkan bayangan ikut musnah
Terjebak diantara saksi dan mati, Hanyut dalam ribuan kiasan
Dan mati dalam sebuah kobaran, Semuanya terlepas lalu terinjak
Hanyut Jiwa Dalam Kobaran
Langkah maju lalu mundur kembali, Arah lurus lalu mundur kembali, Pandangan menoleh lalu memalingkan kembali, Garisnya berikatan tetapi saling menentang, Jika air memadamkannya maka api kembali mengobarkannya, Getaran itu semakin cepat ketika jiwa menjauhinya, Rasa itu semakin dalam bukan memudar ketika jiwa tidak kembali menyapanya, Raga mampu memberikan gejolak yang begitu cepat ketika jiwa tidak kembali menatapnya, Ini bukan konotasi ataupun denotasi, Aliran pemikiran yang begitu deras menghanyutkan jiwa dalam kobaran, Lalu tangan bebas menulis apapun, tanpa harus mengusik siapapun, lidah bebas menceritakan apapun, tanpa harus memberitahu siapapun, Dan mata bebas melihat siapapun, tanpa harus diketahui siapapun .
Ini Jiwa, ini kisah jiwa dan ini ceritanya .


                                                                                                                                       Yolanda Rizwany


Sabtu, 24 Agustus 2013

Paras Datar Suguhan Panggung

Aura datar yang seolah tak pernah berhenti datang, Angin mengantarkannya ke tepian dari dasar semua jiwa, Hawa putih dan kabut datang namun tidak menyentuh, Dikala paras menjemputnya wajah datar kembali bersemayamam, Mempublikasi dari pelupuk mata,
Paras Datar Suguhan Panggung
Namun kerutan kening selalu terpapar, Paras datarnya terus menyelimuti, Tangannya terpaku namun hangat tersentuh, Mulutnya mengecap mungkin sebatas sikap, Lalu helaan nafas memberikannya sebuah singgungan, Sayupan mata ciri ketenangan, tutur lembutnya tajam namun sebatas salam
Eratan pengintai selalu melepasnya, Kertas putih itu kini penuh tulisan, 
Berbagai warna namun dia hanya melirik hitam
sama saja artinya..
Seperti arena dalam seni drama
lalu dimana letak keunggulannya?
sebatas kumpulan sandiwara dan fragmenkah?
atau sebagai penerang dalam berbagai naskah?
lalu diperkenankan sebagai pengisi dalam arena pentas sandiwara.
yang jelas bukan aliran para pemuda keparat yang disuguhkan untuk kebutuhan panggung.


                                                                                                                                 

                                                                                                                                  
                                                                                                                                         Yolanda Rizwany


Minggu, 28 Juli 2013

Jika Dari Sebuah Pertanda

Ibarat biru melebur suramlah jawabannya, Pertanda dari sebuah pertanda
Terngiang dari sebuah ungkapan, Tersirat dalam biduk malu sang fajar
Jika Abadi menjadi sebuah perjalanan, Maka abadi Menggelarkan cerita
Jika Dari Sebuah Pertanda

Jika akhir menjadi jawaban, Maka awal menjadi pertanyaan
Jika diam menjadi sebuah keagungan, Maka hening adalah sebuah ketegasan, Jika mata selalu menegaskan, maka telinga selalu mendengarkan, Jika rindu menjadi alunan, Maka cinta adalah tempat bersemayam, Jika hati menjadi sasaran, Maka kata manjadi untaiannya, Jika suara mengusik renungan, maka rindu menjerit berteriak, Jika sukma memberi ingatan, maka raga melebur dan menggeliat, Jika cahaya berkaca dari jiwa, maka rembulan hanyut dalam insan , Jika tuhan menyimpan alunan kisahnya, maka kita merekamnya kedalan suatu dunia, Jika cerita ini menjadi selipan hidupmu, maka simpan dan ingatlah, Jika relung jiwa menghampirimu, Maka hadapi dan katakanlah, Jika ketakutan memilukanmu, Maka resapi dan renungkanlah, Jika hati tak mampu berbicara, maka diam adalah jawabannya, Maka jika aku mencintaimu, diam adalah jawabanku.


                                                                                                                                         Yolanda Rizwany


Kamis, 25 Juli 2013

Tersirat Dalam Sebuah Tulisan


Suatu tulisan akan menjadi bermakna apabila penulisnya menjalin satu ikatan makna ke ikatan makna lainnya. Ibarat akar pohon yang berada didalam tanah, seorang penulis tau persis posisi arah kata demi kata yang dirangkainya menjadi satu kesatuan utuh, yang orang lain belum tentu memahami dengan jelas apa maksud tulissan tersebut.

Tersirat Dalam Sebuah Tulisan
Penulis handal adalah mereka yang mampu menciptakan karya dari tangan seorang manusia yang cukup indah apabila dinikmati oleh khalayak banyak, penulis amatir adalah mereka yang cukup menuliskan apa isi yang tertera didalam benak dan tumpahan akal yang tersirat didalam emosi sesaaat, lalu mempublikasikannya kedalam sebuah dunia mereka. Yang jelas, dengan menulis seseorang mampu menumpahkan emosinya dengan pasti tanpa harus mengusik siapapun, dengan menulis jari jemari yang bertautan, akal yang beterbangan dan emosi yang perlahan tumpah dalam sebuah kata mampu menciptakan ribuan makna indah, ribuan kalimat pasti yang mampu mengedipkan jutaan mata pembacanya. Apapun itu, siapapun itu, nikmatilah hidup anda sebagai seorang penulis. Teruslah menulis dan rangkailah kata demi kata, makna demi makna menjadi sebuah perjalanan yang indah untuk dinikmati.

Sekian dari saya, terima kasih.
                                                                                                                                    Yolanda Rizwany